Terinspirasi oleh Blue Mosque yang berada di Afghanistan, arsitek Timmy Anggara menerapkan arsitektur bergaya Persia pada Masjid Sari Asih. Konsep tersebut dipadukan dengan sentuhan modern melalui penggunaan kaca pada bagian kubah masjid dan beberapa detail lainnya. Khusus bagian interior, konsep arsitektur ala Maroko diterapkan pada detail plafon dan pintu masjid.
Motif dan corak Islami yang sederhana digunakan sebagai ornamen pada bagian eksterior dan interior. Huruf kaligrafi yang digunakan mengandung arti yang dalam karena diambil dari ayat-ayat Al-Quran dan ditulis oleh ahli kaligrafi.
Masjid Sari Asih tidak hanya digunakan sebagai tempat ibadah saja, tetapi juga dilengkapi sarana pendukung kegiatan Rumah Sakit Sari Asih yang terletak dekat dengan masjid, seperti seminar, pelatihan, acara pertemuan dan lainnya. Bangunan seluas 1.332 m2 ini terbagi menjadi 2 lantai dan 1 semibasement.
Area multifungsi dan perluasan ruang ibadah menempati semi-basement, lengkap dengan ruang wudhu pria dan wanita. Sedangkan lantai pertama berfungsi sebagai ruang salat pria dan lantai kedua sebagai ruang salat wanita. Sang arsitek bersama tim Parama Dharma berhasil merealisasikan sebuah masjid yang kaya akan nilai artistik bernuansa Islami pada hampir seluruh bagian bangunan.
Saat sore dan malam hari menjelang, lighting pada bangunan masjid semakin menonjolkan keindahannya. Dengan arsitektur bergaya ala Timur Tengah, Masjid Sari Asih adalah sebuah mahakarya yang mudah dikenali dan telah menjadi salah satu landmark kebanggaan warga di wilayah Karawaci.